Setelah perpisahan yang penuh makna dengan rubah, Pangeran kecil melangkah dengan hati yang terasa lebih berat namun juga lebih bijaksana. Setiap kata rubah menggema di dalam dirinya: “Hanya dengan hati kita bisa melihat dengan jelas. Hal-hal penting tak terlihat oleh mata.” Kata-kata itu, sederhana namun dalam, membimbingnya menuju pemahaman yang lebih besar tentang cinta dan ikatan.
Ia memikirkan kembali mawar yang ia tinggalkan di planet mungilnya. Mawar yang ia sirami setiap pagi, yang ia lindungi dari angin dan ulat, yang ia marahi namun juga ia sayangi dengan seluruh hatinya. Mawar itu, yang dulu sering membuatnya bingung dan kesal, kini muncul di benaknya sebagai sesuatu yang begitu berharga.
“Mawar itu adalah milikku karena aku telah merawatnya. Aku telah menjinakkannya, dan ia telah menjinakkan aku,” gumamnya, suara kecilnya penuh dengan kerinduan.
Di taman mawar yang pernah membuatnya kecewa, ia kini melihat sesuatu yang berbeda. Ribuan mawar itu tampak indah, namun tidak satupun dari mereka yang bisa menggantikan mawarnya. Mereka semua sama, hanya kelopak dan duri yang tanpa cerita. Tapi mawarnya… mawar itu telah menjadi bagian dari hidupnya, sebuah cinta yang tumbuh dari perhatian dan kebersamaan.
Dengan mata berkaca-kaca, Pangeran kecil menyadari bahwa cinta sejati tidak datang dari sesuatu yang sempurna, melainkan dari sesuatu yang kita rawat dengan hati yang penuh pengabdian. Mawarnya mungkin tidak selalu anggun, kadang sombong, kadang manja, namun di balik semua itu ada ikatan yang tidak bisa dilihat dengan mata—sebuah hubungan yang lahir dari kebersamaan, pengorbanan, dan tanggung jawab.
Hatnya bergemuruh, dipenuhi oleh kerinduan yang menyentuh setiap sudut jiwanya. Ia ingin pulang. Ia ingin kembali ke planet kecilnya, ke tempat di mana mawar itu menunggunya, mungkin dengan kelopak yang tertunduk atau duri yang masih runcing. Namun sekarang, tidak ada lagi keraguan atau kebingungan. Ia tahu bahwa mencintai berarti menerima, merawat, dan bertanggung jawab.
Dalam kesunyian semesta, ia berbisik kepada angin: “Aku bertanggung jawab untuk mawarku.” Kata-kata itu melayang lembut, seakan membentuk jembatan antara dirinya dan bunga yang ia cintai.
Saat bintang-bintang mulai berkelip di langit malam, Pangeran kecil merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cinta adalah perjalanan panjang yang kadang penuh pertanyaan, namun pada akhirnya, ia selalu membawa kita kembali ke tempat yang kita sebut rumah—tempat di mana hati kita merasa aman, diterima, dan dicintai.
Ia menatap ke langit yang luas, membayangkan planet kecilnya di antara bintang-bintang. Di sana, di bawah cahaya lembut semesta, mawar itu sedang menunggu, mungkin dengan sedikit kesabaran dan sedikit kesedihan. Namun kini, ia tahu bahwa tidak ada jarak yang bisa memisahkan hati yang saling mencintai.
Dengan langkah yang ringan namun pasti, ia bersiap untuk kembali—karena cinta yang sejati selalu menemukan jalan pulang. ***

Tinggalkan komentar