Pangeran kecil melanjutkan perjalanannya, tiba di sebuah planet yang dipenuhi oleh keheningan berat. Di tengah planet itu, ia menemukan seorang pria yang duduk sendiri di antara botol-botol kosong dan botol-botol penuh. Udara di sekitar pria itu berbau alkohol, dan wajahnya muram, seperti seseorang yang tenggelam dalam kesedihan yang tak dapat dijelaskan.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Pangeran kecil dengan rasa ingin tahu yang tulus.
Pria itu mendongak, matanya redup, dan menjawab dengan suara yang lesu, “Aku sedang minum.”
Pangeran kecil memiringkan kepalanya. “Mengapa kau minum?”
“Untuk melupakan,” jawab pria itu singkat, menunduk lagi, seolah ingin menyembunyikan dirinya dari dunia.
“Melupakan apa?” tanya Pangeran kecil, langkahnya mendekat, suaranya lembut seperti bisikan angin.
Pria itu menghela napas dalam-dalam, lalu berkata, “Melupakan rasa maluku.”
Pangeran kecil terdiam sejenak, mencoba memahami. Akhirnya, ia bertanya lagi, “Rasa malu karena apa?”
Pria itu tersenyum pahit, senyum yang tidak menyembunyikan apa pun. “Rasa malu karena aku minum,” jawabnya dengan lirih.
Pangeran kecil tertegun. Jawaban itu membingungkannya, sebuah lingkaran tanpa akhir yang tampaknya tidak memiliki jalan keluar. Ia memandang pria itu dengan mata yang penuh rasa iba, tetapi juga dengan kekaguman akan kejujurannya yang menyakitkan. Di antara botol-botol itu, pria ini adalah tawanan dari penderitaannya sendiri, mencoba melarikan diri dari rasa malu hanya untuk terjebak lebih dalam di dalamnya.
“Apakah ini membuatmu bahagia?” tanya Pangeran kecil akhirnya, suaranya hampir seperti doa.
Pria itu tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepala lebih dalam, seolah pertanyaan itu terlalu berat untuk ia tanggung.
Pangeran kecil mengerti bahwa tidak ada jawaban yang bisa memuaskan pertanyaannya. Planet ini penuh dengan kesepian dan keputusasaan, dan pria ini adalah penghuninya yang paling sunyi. Ia melarikan diri, tetapi ia tidak pernah benar-benar pergi ke mana pun. Lingkaran itu menahannya, mengikatnya pada botol-botol yang hanya menawarkan pelarian sementara dari rasa sakit yang ia ciptakan sendiri.
Saat Pangeran kecil meninggalkan planet itu, hatinya terasa berat. Ia merenungkan apa yang baru saja ia saksikan. Mengapa manusia sering terjebak dalam kebiasaan yang menyakiti mereka, tetapi mereka tidak mampu melepaskannya?
Ia menatap bintang-bintang, yang bersinar tanpa peduli, dan berharap bahwa suatu hari, pria itu akan menemukan cara untuk memecahkan lingkaran itu. Perjalanan ini mengajarinya bahwa tidak semua penderitaan datang dari dunia luar; sebagian besar berasal dari hati manusia sendiri. ***

Tinggalkan komentar