Setelah meninggalkan planet sang raja, Pangeran kecil tiba di sebuah planet lain, di mana ia bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat sibuk. Pria itu mengenakan pakaian mewah dan berdiri di tengah-tengah planet yang kosong, kecuali dirinya sendiri. Saat Pangeran kecil melangkah lebih dekat, pria itu langsung menyambutnya dengan suara lantang, seolah sedang berbicara kepada ribuan orang.
“Ah, seorang pengagum!” seru pria itu dengan senyum penuh kemenangan.
Pangeran kecil mengerutkan kening, bingung. “Apa maksudmu dengan pengagum?” tanyanya polos.
Pria itu tertawa kecil, seolah-olah pertanyaan itu tidak penting. “Bukankah kau di sini untuk mengagumi aku? Aku adalah orang yang paling tampan, paling berpakaian rapi, dan paling cerdas di seluruh planet ini!”
Pangeran kecil memandangnya dengan rasa heran. “Tapi kau satu-satunya yang ada di planet ini,” jawabnya perlahan.
“Benar sekali!” kata pria itu penuh semangat, seolah-olah fakta itu adalah bukti dari kehebatannya. “Karena itu, aku layak mendapatkan semua pujianmu!”
Pangeran kecil merasa aneh. Ia tidak mengerti mengapa pria ini begitu haus akan pujian, padahal ia tidak memiliki siapa pun untuk berinteraksi. Dengan kebingungan yang semakin dalam, ia bertanya, “Apa yang kau lakukan di sini sepanjang hari?”
“Aku mengagumi diriku sendiri!” jawab pria itu dengan bangga. “Dan aku meminta orang lain untuk bertepuk tangan untukku. Nah, ayo, tepuk tangan untukku!”
Pangeran kecil, karena sifatnya yang sopan, perlahan-lahan bertepuk tangan. Pria itu membungkuk anggun dan berkata, “Ah, kau benar-benar pengagum yang luar biasa.”
Namun, Pangeran kecil tidak merasa puas. Ia mulai menyadari bahwa pria ini, dengan segala kesombongannya, sebenarnya hidup dalam kesepian yang mendalam. Ia menghabiskan waktunya memohon perhatian dan pengakuan, tetapi apa gunanya semua itu jika tidak ada cinta atau hubungan sejati? Pria itu adalah tawanan dari egonya sendiri, membangun istana kosong di mana ia menjadi penghuninya yang sunyi.
Ketika Pangeran kecil hendak pergi, ia bertanya dengan lembut, “Mengapa kau begitu membutuhkan pujian?”
Pria itu tersenyum, tetapi di balik senyumnya ada kesedihan yang samar. “Karena tanpa pujian, aku tidak ada artinya,” katanya pelan.
Kata-kata itu bergema di hati Pangeran kecil saat ia meninggalkan planet itu. Ia memandang ke langit, bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya bersinar tanpa meminta perhatian. Ia berpikir, apa artinya hidup jika nilainya hanya bergantung pada pengakuan orang lain?
Pangeran kecil melangkah kembali ke perjalanan tanpa jawaban pasti, tetapi ia tahu bahwa kehidupan lebih dari sekadar mencari pengakuan. Kehidupan adalah tentang memberi makna, bukan hanya mencarinya di mata orang lain. ***

Tinggalkan komentar