Dalam bab terakhir buku Nexus: A Brief History of Information Networks from the Stone Age to AI, Yuval Noah Harari membahas masa depan dunia yang terbentuk oleh teknologi digital dan bagaimana perbedaan geopolitik dapat menciptakan “Tirai Silikon.” Bab ini, berjudul The Silicon Curtain: Global Empire or Global Split?, mengeksplorasi potensi perpecahan global yang disebabkan oleh teknologi, pengaruh kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan China, serta dampaknya terhadap jaringan informasi manusia. Artikel ini merangkum gagasan utama dari bab ini, termasuk ancaman perpecahan digital, peluang untuk kerja sama, dan pentingnya menentukan masa depan bersama.

1. Tirai Silikon: Sebuah Analogi Baru

Harari memulai bab ini dengan memperkenalkan konsep Tirai Silikon sebagai analogi modern dari Tirai Besi yang membagi dunia selama Perang Dingin. Namun, berbeda dengan perpecahan ideologi politik antara kapitalisme dan komunisme, Tirai Silikon mengacu pada perpecahan teknologi, di mana negara-negara menggunakan ekosistem digital yang berbeda untuk memisahkan diri satu sama lain.

Ia mencatat bahwa dunia saat ini menghadapi risiko terpecah menjadi dua blok teknologi besar: satu yang didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya, dan lainnya oleh China. Perpecahan ini mencakup infrastruktur teknologi, standar keamanan, dan kontrol atas data.

2. Geopolitik Teknologi: Dominasi Amerika dan China

Harari menjelaskan bahwa perpecahan teknologi saat ini sebagian besar didorong oleh persaingan antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara ini memimpin dalam pengembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), jaringan 5G, dan komputasi awan, yang menjadi tulang punggung jaringan informasi global.

• Amerika Serikat: Harari mencatat bahwa perusahaan teknologi seperti Google, Microsoft, dan Amazon telah menciptakan infrastruktur digital yang mendominasi pasar global. Model ini sering kali didasarkan pada kapitalisme pasar bebas, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang privasi dan kekuatan korporasi besar.

• China: Di sisi lain, Harari menjelaskan bahwa China telah mengembangkan ekosistem teknologi yang sangat terkontrol, di mana negara memainkan peran sentral dalam mengawasi dan mengarahkan inovasi teknologi. Teknologi seperti WeChat dan Huawei menjadi simbol keberhasilan model ini, tetapi juga menuai kritik karena digunakan untuk pengawasan dan kontrol sosial.

3. Ancaman Perpecahan Digital

Harari memperingatkan bahwa perpecahan digital ini memiliki dampak besar bagi dunia. Beberapa ancaman utama yang ia identifikasi meliputi:

• Gangguan dalam kerja sama global: Jaringan informasi yang terpecah membuat sulit bagi negara-negara untuk berkolaborasi dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, kesehatan, dan keamanan.

• Perlombaan senjata teknologi: Harari mencatat bahwa persaingan teknologi dapat memicu perlombaan senjata digital, di mana negara-negara berlomba untuk mengembangkan teknologi yang dapat digunakan untuk pengawasan, manipulasi, atau perang siber.

• Ketidaksetaraan global: Negara-negara yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi berisiko semakin tertinggal dalam ekonomi global, memperparah ketimpangan antara negara maju dan berkembang.

4. Peluang untuk Kerja Sama

Meskipun ancaman Tirai Silikon nyata, Harari juga menyoroti peluang untuk mencegah perpecahan global. Ia mencatat bahwa teknologi, jika digunakan dengan benar, dapat menjadi alat untuk menyatukan dunia, bukan memecahnya. Beberapa peluang yang ia sebutkan meliputi:

• Standar teknologi global: Negara-negara dapat bekerja sama untuk menetapkan standar teknologi yang universal, memastikan interoperabilitas dan keamanan.

• Kolaborasi dalam penelitian: Harari mencatat bahwa tantangan global seperti perubahan iklim dan pandemi membutuhkan kolaborasi ilmiah yang melibatkan teknologi canggih.

• Diplomasi digital: Teknologi dapat digunakan untuk memfasilitasi dialog antar negara, membangun kepercayaan, dan mencegah konflik.

5. Peran Data dalam Dinamika Global

Harari menyoroti bahwa data adalah sumber daya paling penting dalam jaringan informasi modern. Siapa yang mengontrol data, menurut Harari, memiliki kekuatan besar untuk membentuk masa depan dunia. Namun, ia juga memperingatkan bahwa kontrol yang tidak terkendali atas data dapat menjadi ancaman bagi kebebasan individu dan kedaulatan negara.

Ia mengusulkan pendekatan yang lebih adil untuk pengelolaan data, termasuk regulasi internasional yang memastikan bahwa data digunakan untuk kepentingan publik, bukan untuk keuntungan segelintir pihak.

6. Dunia yang Terhubung atau Terpecah?

Harari mengakhiri bab ini dengan pertanyaan reflektif: Apakah kita akan hidup di dunia yang lebih terhubung atau lebih terpecah di masa depan? Ia menekankan bahwa keputusan ini ada di tangan manusia. Meskipun teknologi memiliki potensi untuk memecah dunia, kita juga memiliki kemampuan untuk menggunakannya untuk menciptakan jaringan informasi yang inklusif dan kolaboratif.

Harari menyerukan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam pengembangan teknologi, di mana inovasi diarahkan untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.

7. Kesimpulan: Masa Depan Jaringan Informasi Global

Bab ini menyoroti bahwa teknologi adalah pedang bermata dua: ia dapat memperkuat kerja sama global atau menciptakan perpecahan yang mendalam. Harari mengajak pembaca untuk memahami dinamika geopolitik teknologi dan bekerja untuk mencegah terjadinya Tirai Silikon.

Dengan regulasi yang tepat, kerja sama internasional, dan pengelolaan data yang etis, Harari optimis bahwa teknologi dapat digunakan untuk membangun masa depan yang lebih baik. The Silicon Curtain: Global Empire or Global Split? adalah pengingat bahwa meskipun teknologi memiliki kekuatan besar, manusia tetap memegang kendali atas bagaimana kekuatan itu digunakan. Keputusan kita hari ini akan menentukan bentuk dunia yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang.

Tinggalkan komentar